Momen hari raya Idul Fitri dimanfaatkan beberapa orang untuk mencari rizqi dengan cara tersendiri. Meski hal itu dilakukan dengan menghilangkan gengsi dan rasa malu, yakni menengadahkan tangan atau meminta-minta.Seperti yang terlihat di makam Krapyak kelurahan Sidowayah kecamatan Rembang kota, komplek kuburan terbesar di kabupaten Rembang.
 |
| Peziarah Sisihkan Uang di pintu masuk makam Sidowayah menjadi pemandangan rutin tiap tahun |
Di jalan masuk makam dijejali sedikitnya 16 orang pengemis, berbekal tempat uang ala kadarnya mereka meminta belas kasihan warga yang datang berziarah.Suradi warga Demak salah satu pengemis menuturkan, dia bersama dua teman lain datang semalam langsung memilih tempat, takut tidak kebagian lahan. Kurang lebih 3 tahun terakhir dia mangkal ngalap berkah dari peziarah yang datang ke makam Krpayak. Kembali ke rumah setelah dua hari melakoni pekerjaan sebagai pengemis.Saat disinggung berapa uang yang diraup, Suradi menyebutkan selama ngalap berkah tahun kemarin, pulang membawa uang Rp 250 ribu dan itu disebutnya sepi. Karena tahun-tahun sebelumnya meraup sekitar Rp 400 ribu. Hari pertama lebaran ini sampai siang dia sudah mengantongi uang Rp 135 ribu dan berharap sampai besok memperoleh uang sejumlah sama dengan tahun kemarin.Sumi warga Kudus pengemis lain saat ditanya mulai kapan mengemis di Rembang menjawab, dia telah lima tahun ngetem di makam Krapyak. Dituturkannya dulu hanya sekitar tiga atau empat orang yang mengemis di situ. Tetapi sekarang jumlahnya terus bertambah, sehingga berpengaruh pada hasil ngalap berkah di hari raya. Puncaknya tiga tahun silam, dia pulang membawa uang mencapai Rp 500 ribu-an, belakangan paling banyak memperoleh uang sekitar Rp 300 ribu-an. Namun demikian dia tetap bersyukur, karena dengan uang sejumlah itu bisa ikut merayakan hari raya dengan keluarga saat nanti kembali ke rumah. Uang yang terkumpul sebagian digunakan untuk membeli baju baru untuk keluarga dan sisanya memenuhi kebutuhan makan.Terpisah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Rembang Slamet Riyadi menyampaikan, selama keberadaan pengemis di komplek makam Krapyak tidak meresahkan, baik pada peziarah atau warga sekitar, mereka tidak dirazia. Namun untuk pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) yang berkeliaran di jalan, alun-alun dan pemukiman penduduk, bila dilaporkan keberadaan mereka membuat resah warga, maka akan dirazia.Selanjutnya tambah Slamet, PGOT yang terjaring razia dibawa ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Tramsigrasi setempat, untuk diberi pembinaan. Mereka kemudian dikembalikan ke tempat asalnya. (hasan)
