Laman

Jumat, 27 Agustus 2010

Dirut PT.PLN Serahkan Bantuan 600 Lampu Super Hemat Energi

Rembang
Jika bangsa sendiri mampu memproduksi sendiri, kenapa harus beli produk dari luar. Kepedulian dan rasa cinta produk dalam negeri tersebut menjadi keputusan Direktur PT PLN (Persero) ketika menjatuhkan pilihan akan membagikan sebagian dana program Corporate Social Responsibility (CSR) ke sejumlah pondok pesantren.

Dirut PT PLN Dahlan Iskan beserta rombongan Jumat siang berkunjung ke pondok pesantren Raudlatet Thalibien Leteh Rembang guna menyerahkan bantuan dari sebagian program CSR perusahaan listrik negara yang dipimpinnya. Secara simbolis bantuan diterima pengasuh ponpes setempat KH Mustofa Bisri atau akrab dipanggil Gus Mus di aula setempat. Bantuan yang diserahkan berupa lampu super hemat energi.     
Gus Mus Menerima Bantuan Lampu Secara Simbolis dari  Dirut PLN
   

Dahlan Iskan menerangkan,lampu super hemat energi akan bermanfaat bagi ponpes Raudlatut Thalibien karena meski hanya sebesar 8 watt namun seterang lampu serupa yang berdaya 125 watt. Sehingga pemakaiannya akan mengurangi tagihan rekening listrik pondok pesantren. 

Menurut Dahlan Iskan, beberapa bulan yang lalu dia ditemui pengusaha barang elektronik asal negara Inggris, menawarkan lampu super hemat energi. Saat dilakukan uji coba terbukti bila benar adanya, lampu bernyala terang meski hanya berdaya 8 watt, setara terang lampu sebesar 125 watt. Lampu tidak panas saat dipakai, memilki daya tahan mencapai 10 tahun, tergolong sangat awet. 
Cahaya Lampu Super Hemat Langsung Di Pasang Dirut PT PLN


Beruntung Dahlan Iskan belum menanda tangani kontrak beli ketika dari seorang rekan dia memperoleh informasi bahwa  warga Garut Jawa Barat bernama Ujang telah memproduksi lampu yang sama sekitar 2 tahun yang lalu. Merasa penasaran, Dahlan Iskan berkunjung ke kediaman Ujang dan kabar yang diterima ternyata benar.

Ujang alumni ITB Bandung itu dengan kemampuan yang dimiliki ternyata mampu membuat karya gemilang berupa lampu super hemat energi sama dengan yang diproduksi bangsa Inggris. Hanya saja saat ditawarkan ke pasar, lampu karya Ujang kurang mendapat respon.

Tidak ingin menyia-nyiakan karya anak negeri sendiri yang tidak kalah hebat dengan bangsa lain, Dirut PT PLN lantas memborong semua lampu super hemat energi yang diproduksi Ujang, kemudian diserahkan ke penerima program CSR PT PLN. Sengaja dipilih sejumlah pondok pesantren sebagai sasaran penerima bantuan, hal tersebut berdasar pertimbangan khusus.
    
Dahlan Iskan menambahkan, alasannya yaitu apabila PT PLN memberikan bantuan benda lain ke ponpes, meski bermanfaat tentu tidak sebanding dengan lampu super hemat energi. Dengan pemakaian lampu tersebut tagihan rekening listrik diperkirakan turun hingga 40 %. Dimaksudkan dengan berkurangnya pembayaran tagihan listrik, dana yang dihemat merupakan infaq tidak langsung dari PT PLN.

Ponpes Raudlatut Thalibien menerima sebanyak 600 unit lampu super hemat energi dengan cadangan 15%. Karena belum dipatentkan oleh Ujang, untuk sementara lampu dinamakan ASGAR yakni kependekan dari asal garut, kota tempat Ujang bermukim. (hasan)