Anomali cuaca 'kemarau basah' sepanjang tahun ini disikapi oleh Pemkab Rembang dan mendapat persetujuan dari dewan bila anggaran drooping/pengiriman bantuan air bersih dikurangi. Bahkan jumlahnya lebih dari 50% dibanding anggaran serupa tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Bagian Kemasyarakatan Setda Rembang Drs Maskub saat dikonfirmasi kemarin di ruang kerjanya menyebutkan, tahun-tahun sebelumnya Pemkab Rembang mengalokasikan anggaran drooping sebesar 325 juta rupiah dalam APBD induk, bahkan masih ditambah sekitar 100 juta dalam APBD Perubahan. Namun kali hanya mengalokasikan dana sebesar 125 juta rupiah saja selama setahun.
Droping air bersih yang dilakukan pemkab Rembang |
Menurut Maskub, antara Juni hingga Oktober yang biasanya terjadi kemarau di Kabupaten Rembang ternyata pada tahun ini intensitas curah hujan cukup tinggi. Membuat sumur warga masih terisi, sehingga permintaan bantuan air bersih berkurang signifikan.
Maskub menambahkan, meski dipangkas lebih dari 50%, anggaran tersebut masih mencukupi, karena Bakorwil I Pati juga siap menyalurkan bantuan air bersih apabila dibutuhkan sewaktu-waktu. Sampai dengan akhir bulan September baru 3 desa mengajukan pemintaan bantuan air, yakni Pranti dan Pedak di Kecamatan Sulang serta Segoromulyo di Kecamatan Pamotan.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Rembang Joko Suprihadi mengatakan, pemangkasan anggaran drooping dimaksudkan menyesuaikan antara kebutuhan dengan realita. Di saat intensitas hujan masih tinggi tentunya permintaan bantuan air bersih jauh berkurang.
Menurut Joko, jika tetap dipaksakan dana droping air sebesar 325 juta rupiah justru tidak terserap maksimal dan sisanya kembali ke kas daerah. Oleh karena itu lebih baik dikurani dan anggaran 200 juta rupiah yang dipangkas dialihkan ke pos dana kemanusiaan.
Ditambahkan, pengalihan anggaran ke pos dana kemanusiaan tergolong masih sejenis, bisa direalisasikan untuk bantuan bagi korban bencana alam, banjir, kebakaran dan lainnya.
Anomali cuaca kemarau basah sepanjang masa baru terjadi sekali pada tahun ini. Intensitas hujan masih cukup tinggi membuat sumber mata air tidak kering. Padahal tahun-tahun sebelumnya Pemkab Rembang selau direpotkan pengajuan droping air bersih, khususnya pada periode bulan Agustus hingg Oktober, karena kekeringan melanda hampir di 14 Kecamatan se-Kabupaten Rembang. (san)
Maskub menambahkan, meski dipangkas lebih dari 50%, anggaran tersebut masih mencukupi, karena Bakorwil I Pati juga siap menyalurkan bantuan air bersih apabila dibutuhkan sewaktu-waktu. Sampai dengan akhir bulan September baru 3 desa mengajukan pemintaan bantuan air, yakni Pranti dan Pedak di Kecamatan Sulang serta Segoromulyo di Kecamatan Pamotan.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Rembang Joko Suprihadi mengatakan, pemangkasan anggaran drooping dimaksudkan menyesuaikan antara kebutuhan dengan realita. Di saat intensitas hujan masih tinggi tentunya permintaan bantuan air bersih jauh berkurang.
Menurut Joko, jika tetap dipaksakan dana droping air sebesar 325 juta rupiah justru tidak terserap maksimal dan sisanya kembali ke kas daerah. Oleh karena itu lebih baik dikurani dan anggaran 200 juta rupiah yang dipangkas dialihkan ke pos dana kemanusiaan.
Ditambahkan, pengalihan anggaran ke pos dana kemanusiaan tergolong masih sejenis, bisa direalisasikan untuk bantuan bagi korban bencana alam, banjir, kebakaran dan lainnya.
Anomali cuaca kemarau basah sepanjang masa baru terjadi sekali pada tahun ini. Intensitas hujan masih cukup tinggi membuat sumber mata air tidak kering. Padahal tahun-tahun sebelumnya Pemkab Rembang selau direpotkan pengajuan droping air bersih, khususnya pada periode bulan Agustus hingg Oktober, karena kekeringan melanda hampir di 14 Kecamatan se-Kabupaten Rembang. (san)