Dengan Terbentuknya Klaster Peternakan
Kondisi alam Kabupaten Rembang yang tergolong panas dibandingkan daerah lain, ternyata memberikan keuntungan tersendiri untuk pengelolaan ternak sapi potong. Berdasar data di Dinas Pertanian dan Kehutanan diketahui bila Kabupaten Rembang berada di urutan 4 se-propinsi Jawa tengah dalam produksi hal produksi.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembag Ir Sutomo melalui Kepala Bidang Peternakan Ir Derevnety Siswati di ruang kerjanya pagi tadi menjelaskan
Kondisi alam Kabupaten Rembang yang tergolong panas dibandingkan daerah lain, ternyata memberikan keuntungan tersendiri untuk pengelolaan ternak sapi potong. Berdasar data di Dinas Pertanian dan Kehutanan diketahui bila Kabupaten Rembang berada di urutan 4 se-propinsi Jawa tengah dalam produksi hal produksi.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembag Ir Sutomo melalui Kepala Bidang Peternakan Ir Derevnety Siswati di ruang kerjanya pagi tadi menjelaskan
Ir.Derevnety siswati Kabid Peternakan |
tahun 2009 lalu populasi sapi potong se-kabupaten Rembang terdata sejumlah 115.220 ekor. Dengan tingkat konsumsi daging per kapita per tahun sekitar 4%.
Diakui Derevnety, konsumsi daging sapi tingkat lokal Rembang memang tergolong sedikit, prosentase besar justru permintaan dari luar daerah. Tahun kemarin dikirim ke Jawa timur sejumlah 24.00 ekor, ke DKI 1.000 ekor dan ke Jawa barat 500 ekor. Konsumen daging sapi di 3 daerah tersebut menyatakan kualitas ternak sapi potong asal Kabupaten Rembang sangat bagus, menjadi pilihan utama sebagai pasokan.
Derevnety menambahkan, untuk pengelolaan sapi potong agar lebih terpadu, Pemkab Rembang melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan bekerjasama dengan Fedep membentuk Klaster Peternakan Sapi Potong. Dibentuk Juli kemarin, untuk sementara baru beranggotakan peternak di 4 kecamatan yakni Sale, Pamotan, Sulang dan Kaliori.
Terpisah, Ketua Fedep Rembang Syaiko Rosydi saat ditemui menyebutkan, bentuk kegiatan klaster peternakan sapi potong yang telah dirumuskan bersama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan yaitu mengadakan pembinaan dalam pembibitan, pembesaran, penggemukan dan perawatan. Untuk pembibitan dilakukan perkawinan silang antara indukan sapi lokal dengan benih sapi jenis unggulan seperti Brahma dan Limosin. Proses pembibitan dilakukan melaui insenminasi buatan atau kawin suntik.
Selanjutnya sebut Syaiko, dilakukan pembinaan dalam hal tata cara merawat anakan sapi yang lahir, membesarkan dan membuat gemuk. Kunci utama perawatan sendiri terletak pada kecukupan dan ketersediaan pakan serta selalu memeriksakan kesehatannya secara rutin.
Dalam hal pakan tambah Syaiko, telah dilakukan terobosan oleh kordinator penyuluh pertanian dan peternakan dari kecamatan Sale dengan mebuat jerami fermentasi. Limbah panen padi dicampur bahan pakan lain diproses secara kimiawi tetapi alami menjadi formulasi konsentrat penuh kandungan gizi. Sehingga ketika diberikan untuk pakan, dalam tempo cepat membuat anakan sapi tumbuh berkembang besar, berkualitas super, siap dilepas ke pasaran dengan harga tinggi.
Dengan terbentuknya klaster peternakan sapi potong, diprediksi populasi tahun ini meningkat sekitar 17%, menjadi 135 ribu ekor. Diharapkan tahun berikutnya kecamatan lain menyusul menjadi anggota klaster, sehingga jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Rembang meningkat pesat. (hasan)
Derevnety menambahkan, untuk pengelolaan sapi potong agar lebih terpadu, Pemkab Rembang melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan bekerjasama dengan Fedep membentuk Klaster Peternakan Sapi Potong. Dibentuk Juli kemarin, untuk sementara baru beranggotakan peternak di 4 kecamatan yakni Sale, Pamotan, Sulang dan Kaliori.
Terpisah, Ketua Fedep Rembang Syaiko Rosydi saat ditemui menyebutkan, bentuk kegiatan klaster peternakan sapi potong yang telah dirumuskan bersama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan yaitu mengadakan pembinaan dalam pembibitan, pembesaran, penggemukan dan perawatan. Untuk pembibitan dilakukan perkawinan silang antara indukan sapi lokal dengan benih sapi jenis unggulan seperti Brahma dan Limosin. Proses pembibitan dilakukan melaui insenminasi buatan atau kawin suntik.
Selanjutnya sebut Syaiko, dilakukan pembinaan dalam hal tata cara merawat anakan sapi yang lahir, membesarkan dan membuat gemuk. Kunci utama perawatan sendiri terletak pada kecukupan dan ketersediaan pakan serta selalu memeriksakan kesehatannya secara rutin.
Dalam hal pakan tambah Syaiko, telah dilakukan terobosan oleh kordinator penyuluh pertanian dan peternakan dari kecamatan Sale dengan mebuat jerami fermentasi. Limbah panen padi dicampur bahan pakan lain diproses secara kimiawi tetapi alami menjadi formulasi konsentrat penuh kandungan gizi. Sehingga ketika diberikan untuk pakan, dalam tempo cepat membuat anakan sapi tumbuh berkembang besar, berkualitas super, siap dilepas ke pasaran dengan harga tinggi.
Dengan terbentuknya klaster peternakan sapi potong, diprediksi populasi tahun ini meningkat sekitar 17%, menjadi 135 ribu ekor. Diharapkan tahun berikutnya kecamatan lain menyusul menjadi anggota klaster, sehingga jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Rembang meningkat pesat. (hasan)