Oleh : Suparno Gus No
Partai Politik diera Reformasi ini memang bak jamur yang tumbuh dimusim penghujan,semua ingin dipikat oleh rakyat dengan segudang harapan untuk bisa merubah nasib anak bangsa.
Partai warisan orde baru juga tidak mau ketinggalan dengan gaya dan tren parpol baru yang meng-iklankan kecap yang tetap nomor satu.
Pandangan penulis,pada dasarnya parpol yang sudah mendapatkan lampu hijau dan legalisasi dari pemerintah semua bertujuan mulia dan ingin mensejahterakan rakyat Indonesia.
Hanya saja terkadang partai memasangkan para calon legislatifnya didaerah pemilihan kurang mengakar rumput,bahkan hanya terkesan asal-asalan yang penting terisi caleg walau bobotnya berkurang.
Meski partai “gurem”asal calon yang dijagokan itu berkualitas dan mumpuni,tentu pilihan rakyat akan tertuju kepada figure yang akan dipilih nanti.
Apalagi pada saat sekarang,(maaf),pencalonan legislative tentu membutuhkan banyak biaya yang tidak sedikit mulai dari sosialisasi caleg,kaos partai,umbul-umbul,gambar maupun banner hingga iklan dimedia cetak dan elektronik.
Yang mengerikan lagi adanya “uang makan”bagi para pemilih pada hari pencoblosan nanti.Bila ini dihitung untuk kursi DPRD kabupaten atau kota bisa mencapai angka Rp 700 jutaan,sedang untuk tingkat propinsi dan DPR RI dana bisa terkuras dari kantong caleg mencapai angka Rp 3 milyar.
Bila demokrasi dihiasi dengan yang begituan,maka angka korupsi pasti akan meningkat dalam setiap tahunnya,pasalnya para caleg harus mengembalikan uang modal.Bagi yang punya uang banyak tidak ada masalah,namun bagi yang pas-pasan dan sempat hutang kesana kemari,maka sifat “rakus”akan ditunjukkan ketika dia sudah duduk dikursi legislative.
Memang banyak harapan dari rakyat untuk melakukan perubahan nasib,tapi bila tambah rusak maka tidak lain sama dengan “wedus gembel”yang menyapu apa saja yang ada dihadapannya.
Pertarungan Jokowi yang hanya didukung dua partai melawan Foke yang didukung banyak partai menjadi cermin bahwa partai bukan segala-galanya dalam “menggembala”rakyat,namun siapa sosok yang akan ditarungkan dalam pemilihan didalam masyarakat itu sendiri.
Meski partai yang katanya banyak orang adalah partai kecil,namun yang mengisi adalah tokoh-tokoh yang punya pengaruh besar dalam masyarakat,maka dalam waktu dekat akan menjadi partai raksasa dan mengakar.
Penulis banyak berharap,para tokoh bersatu padu dalam menggalang kekuatan untuk memberantas korupsi dan mengisi pembangunan dengan seadil-adilnya yang bertujuan kesejaheraan rakyat secara umum dengan ikut berpartai tanpa “membunuh”karakter seseorang .
Biarkan partai berjalan dengan baik tanpa ada noda dengan mencari pemimpin yang dipilih secara langsung oleh rakyat.Salam.
Penulis adalah Pengamat Politik dan Penggiat Serikat Masyarakat Untuk Transparansi Pembangunan (Semut Abang)tinggal di Rembang Jateng.